Sabtu, 27 Februari 2021

LIVE IN JAKARTA RAYA

Live In Jakarta Raya

"Optimalisasi Reformasi Standar Quality Living Adequate Melalui Gerakan Masyarakat Dalam Mitigasi dan Tanggap Bencana Pada Masa Pandemi"




Secara geologis dan hidrologis, Indonesia merupakan wilayah rawan bencana alam dimana salah satunya gempa bumi dan potensi tsunami. Hal ini terjadi karena wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, Lemoeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur. Potensi bencana alam dengan frekuensi yang cukup tinggi lainnya adalah bencana hidrometereologi, yaitu banjir, longsor, kekeringan, puting beliung dan gelombang pasang. Bencana menimbulkan dampak terhadap menurunnya kualitas hidup penduduk termasuk kesehatan. Salah satu permasalahan yang dihadapi setelah terjadi bencana adalah pelayanan kesehatan terhadap korban bencana. 
Bencana alam yang melanda beberapa wilayah Indonesia di tengah pandemi COVID-19 menurut data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) per Januari 2021 terjadi 136 bencana alam yang didominasi sebanyak 95 kejadian banjir, 25 kejadian tanah longsor, 12 kejadian angin puting beliung, 2 kejadian gempa bumi dan gelombang pasang. Dampak dari bencana yang terjadi mengakibatkan 80 korban jiwa, 858 luka-luka, dan sebanyak 405.584 masyarakat terdampak dan mengungsi. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas hidup dilihat dari berbagai permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi. Apalagi bencana tersebut terjadi saat masa pandemi COVID-19 dimana penularan dapat terjadi karena kondisi yang tidak memadai. Timbulnya masalah kesehatan antara lain berawal dari kurangnya air bersih yang berakibat pada buruknya kebersihan dir buruknya sanitasi lingkungan yang merupakan awal dari perkembangan beberapa jenis penyakit menular. Selain itu, juga persediaan pangan yang tidak mencukupi juga merupakan awal dari proses terjadinya penuruan derajat kesehatan dalam jangka panjang akan mempengaruhi secara langsung tingkat pemenuhan gizi korban bencana.
Rabu, 24 Februari 2021. ISMKMI Jakarta Raya mengadakan webinar sebagai wadah untuk bertukar pandang dan pikiran dalam suasana kekeluargaan dengan tema “Optimalisasi Reformasi Standard Quality Living Adequate Melalui Gerakan Masyarakat Dalam Mitigasi Dan Tanggap Bencana Pada Masa Pandemi”.

Materi pertama yang di berikan oleh Ibu 
Drg May Haryanti selaku kepala Bidang Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Depok bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari aspek fisik,
mental, dan sosial, dan tidak hanya tidak adanya penyakit ataupun kecacatan yang diatur dalam UU Kesehatan No 36 Tahun 2009. 
Faktor determinan Derajat Kesehatan Masyarakat adalah 20% Pelayanan Kesehatan, 10% Faktor genetika, 40% Faktor lingkungan, dan 30% faktor perilaku dengan penyesuaian Kondisi Pandemi Covid 19.
Kota Depok, adalah salah satu Wilayah di indonesia yang termasuk risiko Covid-19 yang tinggi. Karna itu, untuk mengurangi hal tersebut, Kota Depok harus mengupayakan:
  1. Protokol kesehatan pada berbagai Tatanan
  2. Adaptasi kebiasaan Baru (AkB)
  3. Penerapan 3M
  4. Penerapan Germas Pasca Pandemi
Hal tersebut guna membangun Ketangguhan sistem kesehatan pasca pandemi covid-19. Ketika kita mendapatkan berita jangan langsung di ambil mentah mentah sperti yang di bilang Bu May bisa di lakukan dengan tabayun dulu.Untuk memperbaiki pola hidup dalam masyarakat, masyarakat harus tau, mampu dan mau agar pola hidup dapat berlangsung dengan baik di masyarakat

Materi kedua yang dibawakan oleh Ibu Lilis Siti Muttmainnah selaku Analis Kebijakan Muda
Direktorat Mitigasi Bencana BNPB. BNPB mencatat 3.814 Kejadian bencana seperti Banjir, puting beliung dan longsor yang didominasi pada tahun 2019. Sampai 14 Februari 2021, Pukul 15.00 Wib, tercatat jumlah kejadian bencana sebanyak 429 Kejadian. 
Permasalahan tersebut diakibatkan karena:
      1. Ancaman bencana yang semakin meningkat
      2. Pertambahan Jumlah penduduk
      3. Ketersediaan data dan informasi bencana yang terbatas
      4. Pemahaman masyarakat tentang ancaman bahaya bencana masih rendah
      5. Pemanfaatan ruang dan pembangunan yang belum sepenuhnya mempertimbangkan resiko bencana

Untuk itu, pemerintah dan masyarakat bisa mengurangi hal tersebut dengan cara:
  1. Mengurangi kerusakan infrastruktur dan meningkatkan informasi dan EWS
  2. Mengurangi jumlah kerugian akibat bencana dan mengurangi jumlah penduduk yang terkena bencana dengan cara  mengajak kerjasama internasional
  3. Mengurangi kematian akibat bencana dengan mengikuti strategi PBB nasional dan Lokal
  4. Maka dengan itu, harus mengimplementasikan Sendai FrameWork yaitu Rencana, Investasi, Latihan atau simulasi, dan meningkatkan pengetahuan.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar