Senin, 20 Agustus 2018

PUBLIC HEALTH TODAY


cek Video on Youtube! bit.ly/PHTpenyakitTB


PUBLIC HEALTH TODAY : TUBERKULOSIS
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, WHO menargetkan untuk menurunkan kematian akibat tuberkulosis sebesar 90% dan menurunkan insidens sebesar 80% pada tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 2014.
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun. Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015, diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan 63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi HIV diantara pasien TB diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB- RO dari kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang (Kemenkes RI, 2016a).
Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus baru terbanyak kedua di dunia setelah India. Sebesar 60% kasus baru terjadi di 6 negara yaitu India, Indonesia, China, Nigeria, Pakistan dan Afrika Selatan (Kemenkes RI, 2016b). Kematian akibat tuberkulosis diperkirakan sebanyak 1,4 juta kematian ditambah 0,4 juta kematian akibat tuberkulosis pada orang dengan HIV. Meskipun jumlah kematian akibat tuberkulosis menurun 22% antara tahun 2000 dan 2015, tuberkulosis tetap menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2015 (WHO, Global Tuberculosis Report, 2016).
1.    Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya (Kemenkes RI, 2016a).
2.    Patogenesis dan Penularan TB
2.1  Kuman Penyebab TB
Kuman Penyebab TB Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis antara lain adalah sebagai berikut:
         Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 –0,6 mikron.
         Bersifat tahan asam dalam perwanraan dengan metode Ziehl Neelsen, berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop.
         Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa.
         Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C.
         Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet. Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan mati dalam waktu beberapa menit.
         Dalam dahak pada suhu antara 30-37°C akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu.
         Kuman dapat bersifat dorman (Direktorat Jenderal P2PL, 2014).

2.2  Penularan TB
2.2.1 Sumber Penularan TB
Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang mengandung kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung kuman sebanyak 0-3500 M.tuberculosis. Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan sebanyak 4500 – 1.000.000 M.tuberculosis (Direktorat Jenderal P2PL, 2014).
3.    Gejala dan Tanda
Bakteri TB mampu hidup dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala pada penjamunya. Hal ini disebut infeksi TB laten. Sebagian besar orang yang terinfeksi kuman TB, tubuhnya mampu untuk melawan bakteri dan menghentikan pertumbuhan bakteri tersebut. Orang dengan infeksi TB laten tidak merasakan sakit, tidak menunjukkan gejala, dan tidak dapat menularkan bakteri TB kepada orang lain. Saat bakteri TB menjadi aktif di dalam tubuh penjamunya dan berkembang biak, orang yang mengalami infeksi TB laten ini akan menjadi sakit dan menunjukkan gejala dan tanda (CDC, 2018). Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB paru, hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB paru (Safithri, 2011).
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TB yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih (Kemenkes RI, 2016a).
4.    Beban Penyakit TB
Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan insidens, prevalensi, dan mortalitas/kematian (Kemenkes RI, 2016b).
4.1    Insiden dan Prevalensi Tuberkulosis
Menurut Gobal Tuberculosis Report WHO (2016), diperkirakan insidens tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 395 kasus/100.000 penduduk dan angka kematian sebesar 40/100.000 penduduk (penderita HIV dengan tuberkulosis tidak dihitung) dan 10/100.000 penduduk pada penderita HIV dengan tuberkulosis. Menurut perhitungan model prediction yang berdasarkan data hasil survei prevalensi tuberkulosis tahun 2013-2014, estimasi prevalensi tuberkulosis tahun 2015 sebesar 643 per 100.000 penduduk dan estimasi prevalensi tuberkulosis tahun 2016 sebesar  628 per 100.000 penduduk.
Pada RPJMN 2015-2019, indikator yang digunakan adalah prevalensi tuberkulosis berbasis mikroskopis saja sehingga angkanya lebih rendah dari hasil survei prevalensi tuberkulosis tahun 2013-2014 yang telah menggunakan metode yang lebih sensitif yaitu konfirmasi bakteriologis yang mencakup pemeriksaan mikroskopis, molekuler dan kultur.
Target prevalensi tuberkulosis tahun 2015 dalam RPJMN sebesar 280 per 100.000 penduduk dengan capaian sebesar 263 per 100.000 penduduk dan pada tahun 2016 target sebesar 271 per 100.000 penduduk dengan capaian sebesar 257 per 100.000 penduduk. Berdasarkan capaian tahun 2015 dan 2016 tersebut, maka dapat diprediksi bahwa target tahun 2019 dengan metode lama sebesar 245 per 100.000 penduduk dapat tercapai (Kemenkes RI, 2016b).

4.2  Kasus Tuberkulosis Ditemukan
Pada tahun 2016 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 351.893 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2015 yang sebesar 330.729 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 44% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia.
Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 1,4 kali dibandingkan pada perempuan. Pada masing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
 Pada Tahun  2016 kasus tuberkulosis terbanyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu  sebesar 18,07% diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,25% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 16,81%.
4.3  Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)
Angka notifikasi kasus adalah jumlah semua kasus tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan di antara 100.000 penduduk yang ada di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan (tren) meningkat atau menurunnya penemuan kasus dari tahun ke tahun di suatu wilayah.
Angka notifikasi kasus tuberkulosis pada tahun 2016 sebesar 136 per 100.000 penduduk meningkat dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 130 per 100.000  penduduk.
Provinsi dengan CNR semua kasus tuberkulosis tertinggi yaitu DKI Jakarta (269), Papua (260) dan Maluku (209), dan Papua (223). Sedangkan CNR semua kasus tuberkulosis terendah yaitu Provinsi Bali (73), DI Yogyakarta (83) dan Riau (95). Bila dibandingkan dengan CNR semua kasus TB tahun 2015 terdapat 24 provinsi (71%) yang mengalami kenaikan CNR dan 10 provinsi (29%) yang mengalami penurunan CNR (Kemenkes RI, 2016b).
4.4  Angka Keberhasilan Pengobatan
Salah satu upaya untuk mengendalikan tuberkulosis yaitu dengan pengobatan. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi pengobatan tuberkulosis melalui angka keberhasilan pengobatan (Success Rate). Angka keberhasilan pengobatan merupakan jumlah semua kasus tuberkulosis yang sembuh (cure) dan pengobatan lengkap di antara semua kasus tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan. Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan semua kasus dan angka pengobatan lengkap semua kasus. Berikut ini digambarkan angka keberhasilan pengobatan tahun 2008- 2016.
Pada tahun 2016 angka keberhasilan pengobatan semua kasus tuberkulosis sebesar 85%. Angka kesembuhan semua kasus yang harus dicapai minimal 85% sedangkan angka keberhasilan pengobatan semua kasus minimal 90% (Kemenkes RI, 2016b).
5.    Tuberklosis di DKI Jakarta
5.1  Strategi dan Kebijakan Program Penanggulangan TB
Pengendalian TB merupakan salah satu kegiatan prioritas yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta dengan visi Tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di Provinsi DKI Jakarta di tahun 2020, dengan jalan : (1) Menetapkan kebijaksanaan, memberikan panduan serta membuat evaluasi secara tepat, benar dan lengkap; (2) Menciptakan iklim kemitraan dan transparansi dalam upaya penanggulangan tuberkulosis; (3) Mempermudah akses pelayanan penderita TB untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan mutu standar pelayanan.
Arah kebijakan Pemda DKI Jakarta bertujuan untuk mencapai target penanggulangan TB dengan angka CDR ≥ 70%, SR ≥ 85% dan ER < 5% dengan melibatkan semua unit pelayanan kesehatan untuk : (1) Peningkatan pelayanan diagnosis dan treatment; (2) Jaminan obat; (3) Pathership; (4) Monitoring dan Evaluasi. Peran Jajaran Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta : (1) Penyediaan OAT 60% dari total kebutuhan sesuai edaran Depkes tahun 2009; (2) Case Finding terutama disekitar penderita dan Peningkatan angka kesembuhan; (3) Peningkatan SDM melalui Pelatihan bagi petugas UPK; (4) Penyuluhan kepada pasien TB dan optimal peran PMO; (5) MONEV Rutin tiap 3 bulan di tk. Kodya dan Provinsi melalui software TB berbasis Web (6) Pengembangan TB/HIV Kolaborasi; (7) Sosialisasi ISTC kerjasama dgn IDI dan organisasi Profesi lainnya; (8) Pelaksanaan sistem skoring TB Anak.
5.2  Situasi Penderita TB BTA positif di DKI Jakarta
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, DKI Jakarta memiliki angka prevalen TB paru sebesar 0,6. Angka tersebut merupakan angka prevalen tertinggi di indonesia setelah Jawa Barat (0,7) dan Papua (0,6). Angka prevalen di DKI Jakarta lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2010, namun masih di atas angka prevalen rata-rata di Indonesia, yaitu sebesar 0,4 (Balitbangkes, 2013).

Jumlah kasus TB Paru di Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 yaitu sebanyak 24,5 ribu kasus, dengan prevalensi sebesar 256, artinya terdapat 256 kasus TB Paru per 100.000 penduduk. Case Fatality Rate (CFR) TB Paru sebesar 2, artinya ada 2 orang yang mati akibat TB Paru 100.000 penduduk di provinsi DKI Jakarta. Urutan wilayah dengan prevalensi TB Paru tertinggi yaitu di Kabupaten Kepulauan Seribu, 659 kasus per 100.000 penduduk di Kepulan Seribu dan Kota Madya Jakarta Pusat 605 kasus per 100.000 penduduk di wilayah tersebut (Rahayu, 2016).





Menurut data dari Profil Kesehatan DKI Jakarta, Jumlah penderita TB Paru Klinis (Suspek ditemukan) di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2016 sebanyak 55.503 penderita. Dari jumlah tersebut 7.302 diantaranya merupakan pasien baru TB positif, terjadi peningkatan penderita TB dibanding tahun 2015 sebesar 5.574 orang. Jakarta Timur, Barat dan Selatan merupakan wilayah dengan jumlah TB Paru BTA+ terbesar di Provinsi DKI Jakarta, yaitu rata-rata sebanyak 2.000 penderita (Dinkes DKI, 2016).


Pada tahun 2016 setelah dilakukan upaya pengobatan terhadap 7.302 penderita TB Paru BTA+, 80,59% (persen) diantaranya dinyatakan sembuh. Berdasarkan persentase kesembuhan, wilayah dengan tingkat keberhasilan pengobatan tertinggi ada di Kota Jakarta Timur, dan terendah di wilayah Jakarta Utara.
Angka keberhasilan pengobatan terbesar adalah di wilayah Jakarta Barat sebesar 83,24% dan angka keberhasilan pengobatan terendah di wilayah Jakarta Utara sebesar 3,99%. Hal ini disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan diantaranya yang paling utama adalah kesadaran masyarakat untuk melakukan pengobatan secara teratur dan disiplin, selain monitoring dan evaluasi dari petugas kesehatan (Dinkes DKI, 2016).

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan DKI Jakarta. (2016). Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian TB. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2016a). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Kemenkes RI. (2016b). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Rahayu, L. S. (2016). Analisis Situasi Tuberkulosis di Provindi DKI Jakarta dengan Metode Root Cause Analysis (RCA), (1), 277–290.


Senin, 06 Agustus 2018

Press Release RAKERDA, Juli 2018


RAKERDA, JULI 2018
Jumat dan sabtu (20-21 Juli 2018)- Rapat Kerja Daerah (RAKERDA) ISMKMI wilayah II tahun 2018 yang diselenggarakan di Vila Anugrah, Sawangan Depok, Jawa Barat. Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB tersebut dihadiri oleh ketua Koordinator wilayah II (Ayu Sri Wahyuni), ketua Koordinator ISMKMI Jakarta raya (Nadiva Dzikriyati), Staf Ahli Sekjen (M Fajarun Amin), Sekjen Periode (2008-2010), Dewan Pengawas Nasional (Irna Anggun), Demisioner pengurus wilayah III (Liwanti Subagio), dan seluruh anggota ISMKMI Jakarta Raya. Rakerda tersebut di pandu oleh Hasna Linawati selaku pembawa acara serta dibuka oleh Diga dengan pembacaan ayat suci Al Quran.
Rapat kerja daerah ini tidak hanya dilaksanakan oleh pengurus ISMKMI Jakarta Raya saja, tetapi juga dihadiri Kabem, Kahima, dan demisioner ISMKMI terdahulu. Rakerda tersebut membahas program kerja yang akan dijalankan oleh seluruh pengurus ISMKMI Jakarta Raya selama satu tahun kedepan.
Acara pertama adalah penyampaian materi tentang keISMKMIan oleh staf ahli sekjen (M fajarun Amin). Dalam penyampaikan materi tersebut M Fajarun Amin memaparkan sejarah ISMKMI. Sangat menambah wawasan dan sangat bermanfaat bagi seluruh anggota ISMKMI Jakarta Raya.
Materi kedua disampaikan oleh ketua koordinator ISMKMI wilayah II (Ayu Sri Wahyuni) pembacaan POA wilayah. Selanjutnya sharing season oleh sekertaris jendral ISMKMI tahun 2008-2010  yaitu Victor Subiakto Puja, beliau memberikan motivasi kepada seluruh pengurus ISMKMI Jakarta Raya agar tidak bimbang antara kuliah dan organisasi karena semua tidak ada yang perlu dikhawatirkan, keduanya bisa berjalan seimbang dan membuat kita “kembang dan tumbuh” menjadi mahasiswa yang memiliki segudang ilmu dan wawasan.
Masih dihari yang sama dengan semangat yang sama walaupun hari sudah akan berganti, jam menunjukan pukul 23.30 dilanjutkan materi dari Irna Anggun (Dewan Pengawas Nasional) memaparkan tentang ART, GBHO, dan PTO. Di sesi kali ini seluruh anggota ISMKMI Jakarta Raya dibagi menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi tentang materi tersebut. Setelah seluruh kelompok memaparkan hasil diskusinya, seluruh pengurus diperbolehkan beristirahat.
Hari berganti, sarapan pagi mengawali hari ini dilanjutkan dengan materi dari Liwanti Subagio atau yang akrab di sapa teh Liwa tentang “Self Management”, melalui pengalaman pribadi yang teh Liwa sampaikan sangat megajarkan seluruh pengurus bagaimana cara untuk dapat memprioritaskan kegiatan ditengah kesibukan, sebelum dapat memanage waktu maka kita harus dapat memanage diri sendiri terlebih dahulu.
Sampailah pada acara inti yaitu pemaparan program kerja oleh masing-masing kepala divisi dan dilanjutkan dengan serah terima jabatan ISMKMI Jakarta Raya periode 2017-2018/2018-2019 serta pembacaan SK dan sumpah seluruh pengurus ISMKMI Jakarta Raya yang baru, sekaligus pembacaan doa penutup serta rasa syukur atas berjalan lancarnya kegiatan RAKERDA ISMKMI Jakarta Raya.
Harapannya, segala program kerja yang telah direncanakan dapat berjalan dengan lancar dan para pengurus dapat menjalankan amanah dengan penuh tanggung jawab. ISMKMI Jakarta Raya dapat menjadi penyambung aspirasi mahasiswa Kesehatan Masyarakat di daerah Jakarta Raya.




Minggu, 22 April 2018

Did You Know About Public Health? : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Salam sehat !!! haiii semua,
Kali ini kita akan membahas tentang satu pilar kesehatan masyarakat, yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) . Apasih K3 itu ?
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang bertujuan untuk memproteksi atau melindungi tenaga kerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. K3 bertujuan mencegah, mengurangi bahaya dan menihilkan risiko kecelakaan kerja (Zero Accident).
Jenis kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, yang mencangkup :
1.      Jatuh
2.      Tertimpa benda jatuh
3.      Menginjak, teranuk
4.      Terjepit
5.      Gerakan berlebihan
6.      Kontak suhu tinggi
7.      Kontak aliran listrik
8.      Kontak dengan bahan berbahaya/radiasi
Dari beberapa hasil riset (Jimmie, 1997) menginformasikan bahwa faktor manusia merupakan faktor penyebab kecelakaan yang paling sering terjadi. Hal ini karena :
1.     Kelalaian pekerja atau kelalaian pemilik perusahaan/industri
2.     Kurangnya kesadaraan akan pentingnya keselamatan dalam kerja
3.    Eleman peralatan yang dibutuhkan tenaga kerja seperti Alat Pelindung Diri (APD) kurang mendapat perhatian karena dipandang tidak berpengaruh langsung pada hasil produksi
4.    Lingkungan kerja kurang mendapat perhatian baik ditinjau dari aspek fisik seperti pencahayaan, kebisingan dan ventilasi udara di tempat kerja, maupun aspek biologi dan aspek pychososial.
Keselamatan dan kesehatan kerja seseorang di tempat kerja dapat dipengaruhi oleh :
1. Beban kerja berupa : beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan
2.   Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya
3. Lingkungan kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, biologik, ergonomik maupun aspek sosial
Risiko finansial yang dihadapi oleh tenaga kerja dan keluarga mereka dapat disebar atau diverifikasi melalui lembaga asuransi. Jaminan asuransi yang dapat di berikan kepada tenaga kerja, antara lain asuransi kesehatan, asuransi medis, asuransi jiwa, asuransi karena ketidakmampuan fisik atau mental karyawan dan jaminan asuransi lain.
Untuk menghindari agar tidak terjadi kecelakaan kerja di tempat kerja, maka yang terpenting yang dilakukan oleh pekerja atau manajemen perusahaan adalah :
1.      Mencari sumber penyakit
2.  Menghilangkan atau sekurang – kurangnya mengurangi risiko timbulnya penyakit dengan mengintervensi sumber
3. Alat pelindung diri hanya sebagai pilihan terakhir ketika upaya meminimalisir timbulnya risiko yang optimal telah dilakukan
Prospek kerja : QHSE Manager dan Manager K3L di berbagai perusahaan seperti pertamina, PLN, Jasa Kontruksi, Tekstil, etc, Quality control supervisor pada perusahaan makanan dan minuman.

Daftar pustaka :
Salmah, Sjarifah. 2013. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media
Mau tau lebih lanjut tentang pilar-pilar utama kesehatan masyarakat lainnya? Nantikan info selanjutnya bulan depan tentang pilar utama kesehatan masyarakat yang kedua yaitu KESEHATAN REPRODUKSI di blog ini dan akun-akun social media kami
Instagram: @ismkmijakartaraya
Facebook: ISMKMI Jakarta Raya
Twitter: ISMKMI_JktRaya
Line: @hbs7853y