Literature Review: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kasus Diabetes Mellitus Tipe 2 di Jakarta
Disusun Oleh: Direktorat Penelitian dan Pengembangan ISMKMI Jakarta Raya 2024
Inayah
Safitri Hanifah, Luthfiyah Azzahra P.A.S.A, Sovia Septiani, Tiara Rahmadini,
Meltina
Ratu Eka Maharani
Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka,
Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia Maju
Abstrak
Diabetes
mellitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit kronis yang prevalensinya tinggi
di wilayah Jakarta. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang
berkontribusi seperti, faktor perilaku yaitu aktivitas fisik dan merokok serta
faktor individu yaitu usia, riwayat hipertensi, obesitas, dan riwayat keluarga
diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai faktor yang
mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di Jakarta. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah literatur review yaitu mengkaji artikel
yang diperoleh dari database online (Google Scholar). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa faktor risiko yang paling dominan mempengaruhi terjadinya
diabetes mellitus tipe 2 di Jakarta adalah hipertensi. Adapun faktor lain yang
berpengaruh yaitu perilaku merokok, faktor genetik atau memiliki riwayat
keluarga terkena diabetes melitus, dan usia.
Kata
Kunci : Diabetes Mellitus, Jakarta, Diabetes Mellitus Tipe 2, Faktor Risiko
Abstract
Type 2 Diabetes Mellitus is one of
the chronic diseases with a high prevalence in Jakarta. This condition is
caused by various contributing risk factors, including behavioral factors such
as physical activity and smoking, as well as individual factors such as age,
history of hypertension, obesity, and family history of diabetes. This study
aims to explore the various factors influencing the occurrence of Type 2
Diabetes Mellitus in Jakarta. The research method used is a literature review
by analyzing articles obtained from online databases (Google Scholar). The
results indicate that hypertension is the most dominant risk factor affecting
the occurrence of Type 2 Diabetes Mellitus in Jakarta. Other influencing
factors include smoking behavior, genetic factors or family history of
diabetes, and age.
Keywords : Diabetes Mellitus,
Jakarta, Type 2 Diabetes, Risk Factors
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) atau yang
biasa dikenal dengan penyakit kencing manis merupakan salah satu jenis penyakit
degeneratif yang semakin meningkat setiap tahunnya di negara-negara di dunia.
Diabetes melitus merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit yang
mengancam nyawa masyarakat Indonesia dan sifatnya kompleks (Qomariyah Mulia Agung, 2022).
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah), atau ketika tubuh
tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (Haskas et
al., 2021).
Defisiensi fungsi dan sekresi
insulin diawali dengan terjadinya prediabetes yang merupakan prakondisi
diabetes. Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit kronis yang dapat
menimbulkan efek samping jika tidak ditangani secara efektif (Abrar et al.,
2020). Penyakit diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) yang kita kenal sebagai
penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Penyakit diabetes melitus
semakin banyak diderita penduduk dunia. Jumlah penderita diabetes melitus
bertambah karena usia harapan hidup (UHH) semakin meningkat, terutama di
negara-negara maju sehingga berdampak pada jumlah penderita diabetes melitus di
dunia.
Diabetes adalah penyakit tidak
menular yang termasuk dalam golongan ke 7 penyakit penyebab kematian secara global. WHO
memperkirakan lebih dari 420 juta orang
menderita diabetes dan jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 570
juta pada tahun 2030 dan menjadi 700 juta pada tahun 2045 (WHO, 2020). Sejak
edisi pertama pada tahun 2000, Organisasi International Diabetes Federation
(IDF) tahun 2021 memperkirakan prevalensi diabetes pada orang dewasa berumur
20-79 tahun telah meningkat lebih dari
tiga kali lipat, dari sekitar 151 juta (4,6% dari populasi global pada saat
itu) menjadi 537 juta (10,5%) saat ini. Pada tahun 2021 ada 17,7 juta lebih
banyak pria daripada wanita yang hidup dengan diabetes. Jumlah ini diperkirakan
meningkat 643 juta orang akan menderita diabetes pada tahun 2030 (11,3% dari
populasi) dan menjadi 783 juta (12,2%) pada tahun 2045.
Provinsi di Indonesia yang menduduki
peringkat pertama dengan angka prevalensi diabetes mellitus tipe 2 tertinggi
adalah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Prevalensi diabetes mellitus tipe 2
tersebut naik dalam kurun waktu lima tahun dari data Riskesdas 2013 yang
sebelumnya sebesar 2,5% di tahun 2018 naik menjadi 3,4% dari total 10,5 juta
jiwa atau sekitar 250 ribu penduduk di DKI Jakarta yang menderita diabetes
mellitus tipe 2. Jakarta Timur berada pada posisi kedua tertinggi terbanyak
penderita diabetes mellitus tipe 2 di DKI Jakarta. Berdasarkan Laporan Triwulan
1 dan 2 Program PTM Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur 2021,
DM tetap menduduki posisi kedua terbanyak pada rekapitulasi kunjungan penyakit
tidak menular di Jakarta Timur yakni sebesar 57.190 kunjungan (Sudinkes Jakarta
Timur, 2021).
Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Kota
Jakarta Timur merupakan puskesmas peringkat ketiga dari sepuluh kecamatan
dengan jumlah terbanyak dalam rekapitulasi kunjungan diabetes mellitus tipe 2
di Jakarta Timur sebesar 6.536 kunjungan terhitung sejak Januari hingga Juni
2021 (Sudinkes Jakarta Timur, 2021). Pada Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, kasus
diabetes mellitus tipe 2 menduduki posisi kedua pada sepuluh penyakit terbanyak
tahun 2021 sejak januari hingga juni yakni sebesar 7.982 kasus (43,51%). Namun,
capaian standar pelayanan minimal penyandang diabetes mellitus tipe 2 tahun
2021 masih rendah yakni sebesar 34,4% (Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, 2021).
DKI Jakarta menjadi provinsi
tertinggi karena banyaknya jumlah penduduk dan sudah banyak tersedia sarana
pemeriksaan gula darah. Penelitian yang dilakukan dr. Dicky L. Tahapary, Sp.PD
dan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 berkaitan dengan Perhimpunan Endokrinologi
Indonesia (Perkeni), FKUI, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan perusahaan
farmasi untuk pengobatan diabetes. Penggambaran ini dilakukan dengan
mengumpulkan data Diabetes melalui surveilans dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta, dan didapatkan hasil pasien diabetes yang terdaftar di fasilitas
kesehatan berjumlah 12.775 jiwa, sehingga dapat disimpulkan walaupun angka
penderita diabetes terus meningkat, tetapi masih banyak penderita diabetes yang
tidak terdiagnosa karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang diabetes dan
penangananya. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk memeriksakan
kadar gula darah secara rutin di fasilitas pelayanan kesehatan masih rendah
yakni hanya 53% yang mengetahui adanya skrining diabetes bisa dilakukan di
Puskesmas Wilayah DKI Jakarta.
Kejadian diabetes mellitus tipe 2
pada anak-anak dan remaja usia produktif semakin meningkat. Diabetes mellitus
tipe 2 sering juga disebut Diabetes Lifestyle
karena penyebabnya selain faktor keturunan ada juga faktor lingkungan yang
meliputi usia, obesitas, resistensi insulin makanan, aktivitas fisik, dan gaya
hidup penderita yang tidak sehat pun ikut berperan. Berdasarkan fakta tersebut,
maka sangat diperlukan usaha untuk pencegahan diabetes mellitus tipe 2 yang
cepat dan tepat. Meninjau dari tingginya faktor risiko diabetes mellitus tipe 2
di Jakarta, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai faktor yang
mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di Jakarta melalui pengamatan
literatur.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode
literature review. Adapun strategi pencarian untuk memperoleh artikel
menggunakan fasilitas database online melalui Google Scholar. Kata kunci yang
digunakan adalah faktor risiko; determinan; diabetes mellitus tipe 2; Jakarta.
Artikel yang dipilih berdasarkan publikasi tahun 2020 - 2024. Penelitian ini
akan mereview 11 studi yang dilakukan di Indonesia, khususnya Jakarta terkait
penyakit diabetes mellitus tipe 2. Kriteria inklusi yang digunakan adalah
jurnal yang memiliki kelengkapan data yang relevan dengan tujuan dan Indonesia
full text, dan Jurnal yang memiliki struktur lengkap. Adapun kriteria
eksklusinya adalah jurnal yang hanya membahas diabetes melitus tanpa ada kata
tipe 2 dan jurnal yang dilakukan di luar DKI Jakarta.
HASIL PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kajian dari 11
jurnal penelitian yang diperoleh, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat
mempengaruhi diabetes mellitus tipe 2 di Jakarta.
Hubungan Usia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2
Usia merupakan salah satu faktor
risiko yang tidak bisa diubah dengan seiring bertambahnya usia, tubuh secara
alami mengalami proses penuaan yang menyebabkan penurunan aktivitas
metabolisme. Penurunan ini berpengaruh pada kemampuan tubuh dalam mengatur
kadar gula darah sehingga meningkatkan risiko terjadinya resisten insulin
maupun gangguan pada pankreas. Kondisi ini membuat tubuh menjadi lebih rentan
terhadap berbagai gangguan kesehatan terhadap diabetes mellitus (Laila and
Veronika, 2024).
Menurut hasil
penelitian Tabitha, Syarif, dan Wahyono (2024) menyatakan bahwa umur
memiliki hubungan yang signifikan dengan
terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Penelitian ini telah dilakukan pada
Masyarakat di wilayah kerja puskesmas kebon baru, Jakarta Selatan dengan
membagi dua kelompok usia, yaitu diatas 45 tahun dan 45 tahun kebawah. Kelompok umur diatas 45 tahun memiliki risiko
sebesar 3,15 kali terkena diabetes melitus dibandingkan kelompok umur 45 tahun
ke bawah. Adapun penelitian lain yang relevan dilakukan oleh Suci dan Ginting
(2023) pada masyarakat puskesmas Johar Baru, Jakarta Pusat. Penelitian tersebut
menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan pada variabel usia terhadap
terjadinya diabetes mellitus tipe 2 dengan risiko sebesar 2,893.
Hubungan Hipertensi dengan Diabetes Mellitus Tipe 2
Hipertensi merupakan salah satu
faktor risiko yang sulit diubah. Penderita hipertensi yang tidak terkontrol
dengan baik, sering kali mengalami perubahan dalam fungsi metabolisme tubuh.
Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah dan mempengaruhi aliran darah
ke organ-organ vital, termasuk pankreas, yang berperan dalam pengaturan kadar
gula darah dan pada akhirnya memperbesar kemungkinan berkembangnya diabetes
mellitus tipe 2.
Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Resti dan Cahyati, 2022) dan (Tabitha,
Syarif and Wahyono, 2024) menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara
hipertensi dan diabetes mellitus dengan p-value 0,67. Hal ini juga
berkontradiktif dengan beberapa penelitian lain yang menunjukkan adanya
hubungan antara hipertensi dan peningkatan risiko diabetes mellitus. Misalnya,
penelitian yang dilakukan oleh Rediningsih dan Lestari (2022) menemukan bahwa
hipertensi dapat mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mengatur kadar gula darah,
yang berpotensi meningkatkan risiko terjadinya diabetes, dengan peluang risiko
7,857 kali dibandingkan orang yang tidak hipertensi. Perbedaan hasil penelitian
ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi kondisi kedua
penyakit, seperti gaya hidup, pola makan, atau genetika, yang dapat bervariasi
antara populasi yang diteliti.
Hubungan Genetik dengan Diabetes Mellitus Tipe 2
Faktor genetik memainkan peran
penting sebagai salah satu risiko yang tidak dapat dihindari pada penyakit
diabetes mellitus. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini
dapat meningkatkan kemungkinan untuk mengalaminya. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tabitha, Syarif, dan Wahyono (2024)
menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara hubungan genetik dengan
diabetes mellitus pada masyarakat di puskesmas kebon baru, Jakarta selatan
tahun 2020. Seseorang yang mempunyai keluarga pengidap diabetes memiliki risiko
sebesar 5,33 kali terkena diabetes mellitus dari pada orang yang tidak memiliki
keluarga dengan riwayat diabetes mellitus. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Resti dan Cahyati (2022), pada masyarakat di wilayah
puskesmas Pasar Rebo. Dimana hasil uji statistiknya mendapatkan P-value 0,025
(<0,05) yang berarti terdapat hubungan signifikan antara genetik terhadap
kejadian diabetes mellitus. Sedangkan peluang mendapat diabetes mellitus tipe 2
pada seseorang yang memiliki riwayat keluarga diabetes mellitus sebesar 2,53
kali berisiko dibandingkan seseorang yang tidak memiliki riwayat keluarga
diabetes mellitus.
Hubungan Merokok dengan Diabetes Mellitus Tipe 2
Perilaku merokok dapat mempunyai
risiko lebih tinggi terjadinya resistensi insulin. Hal ini disebabkan pengaruh
nikotin yang menurunkan pelepasan insulin
dalam tubuh sehingga berkembang kearah resisten insulin (Dianti,
Setiawaty and Noviyanti, 2022). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Resti and Cahyati, 2022) menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel perilaku merokok
terhadap diabetes mellitus, dengan peluang terkena diabetes mellitus sebesar
5,57 kali dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Artinya, individu yang
memiliki kebiasaan merokok lebih rentan untuk mengalami gangguan metabolisme,
termasuk diabetes mellitus tipe 2. Kebiasaan merokok tidak hanya mempengaruhi
fungsi insulin, tetapi juga meningkatkan risiko peradangan dan stres oksidatif
dalam tubuh, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelusuran, hipertensi merupakan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya
penyakit diabetes mellitus tipe 2 di Jakarta. Kemudian, disusul oleh faktor
perilaku merokok, faktor genetik atau mempunyai keluarga pengidap diabetes
melitus, dan usia. Adapun faktor-faktor dalam setiap jurnal tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor
yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah hipertensi,
faktor genetik atau memiliki keluarga pengidap diabetes melitus, dan usia.
Meskipun status hipertensi tidak dapat diubah, tetapi penyakit ini dapat
dikontrol. Apabila penderita hipertensi terkontrol dengan baik, maka dapat
mengurangi risiko berkembangnya diabetes mellitus tipe 2. Sementara itu, faktor
yang dapat diubah adalah perilaku merokok.
Faktor genetik ternyata juga memainkan peran penting, di mana individu dengan riwayat keluarga diabetes memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami penyakit ini. Selain itu, kebiasaan merokok juga signifikan meningkatkan risiko diabetes melalui pengaruh nikotin yang mengganggu pelepasan insulin dan memperburuk fungsi metabolisme tubuh. Deteksi dini dan pemeriksaan rutin kadar gula darah, khususnya pada kelompok berisiko tinggi, sangat penting untuk dilakukan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi prevalensi Diabetes Mellitus Tipe 2 di Jakarta sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Abrar, M., et al. (2020). Defisiensi
fungsi dan sekresi insulin diawali dengan terjadinya prediabetes yang merupakan
prakondisi diabetes.
2.
Haskas, et al. (2021). Diabetes
sebagai penyakit kronis serius: Penyebab dan implikasinya.
3.
International Diabetes Federation
(IDF). (2021). Prevalensi Diabetes Global 2000-2045.
4.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
(2020). Global Diabetes Report.
5.
Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.
(2021). Laporan Kunjungan Penyakit Tidak Menular di Jakarta Timur Tahun 2021.
6.
Qomariyah, M. A. (2022). Peningkatan
Kasus Diabetes Melitus sebagai Penyakit Degeneratif.
7. Sudinkes Jakarta Timur. (2021).
Laporan Triwulan Program PTM Kota Administrasi Jakarta Timur.
8.
Dianti, A.R., Setiawaty, S. and
Noviyanti, S.R. (2022) ‘Analisis Risiko dan Perilaku Pencegahan Penyakit DM
Tipe 2 Pada Usia Produktif di Wilayah DKI Jakarta Tahun 2021’, Journal of Public Health Education,
1(02), pp. 82–90. Available at: https://doi.org/10.53801/jphe.v1i02.49.
9.
Laila, S. and Veronika, E. (2024)
‘Faktor yang Berhubungan dengan Diabetes Melitus Tipe 2’, Surya Medika: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Masyarakat [Preprint].
10. Resti,
H.Y. and Cahyati, W.H. (2022) ‘Kejadian Diabetes Melitus pada Usia Produktif di
Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo’.
11. Suci,
T. and Ginting, J.B. (2023) ‘PENGARUH FAKTOR USIA, INDEKS MASSA TUBUH, DAN
KADAR GULA DARAH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE 2’, 6.
12. Tabitha,
R., Syarif, S. and Wahyono, T.Y.M. (2024) ‘Factors Related to the Incidence of
Diabetes Mellitus in the Kebon Baru Primary Health Center in South Jakarta in
2020’, Media Publikasi Promosi Kesehatan
Indonesia (MPPKI), 7(7), pp. 1884–1895. Available at: https://doi.org/10.56338/mppki.v7i7.5444.
13. Seila
Delfina, Carolita, I., Shafa Habsah, & Syi'ta Ayatillahi. (2021). ANALISIS
DETERMINAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA USIA PRODUKTIF.
Jurnal Kesehatan Tambusai, 2(4), 141–151. https://doi.org/10.31004/jkt.v2i4.2823
14. Rediningsih,
D., & Lestari, I. (2022). Riwayat Keluarga dan Hipertensi Dengan Kejadian
Diabetes Melitus tipe II. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 3(1), 8-13. https://doi.org/10.15294/jppkmi.v3i1.52087