Pages - Menu

Kamis, 14 November 2024

MENGGALI PENYEBAB MENTAL ILLNESS DI JAKARTA: TANTANGAN DAN SOLUSI

 MENGGALI PENYEBAB MENTAL ILLNESS DI JAKARTA: TANTANGAN DAN SOLUSI

Disusun Oleh: Badan Khusus Pemerhati Anak dan Remaja ISMKMI Jakarta Raya 2024


ilustrasi mental illnes (sumber:https://www.freepik.com)

PENDAHULUAN

Latar belakang

            Menurut World Health Organization (WHO), mental illness merupakan kondisi yang mempengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, atau suasana hati, atau gabungan dari semuanya. WHO juga menyebutkan bahwa satu dari lima anak dan remaja di dunia mengalami gangguan mental. Menurut Westhuizen dkk, 2023 dalam Jurnal Permatahati, F. & Ihdalumam, A. (2023), sekitar 13% dari 1,2 Miliar remaja di dunia memiliki permasalahan tentang kesehatan mental yang meliputi depresi, kecemasan, dan permasalahan yang mampu membuat remaja membuat keputusan untuk mengakhiri hidupnya (Permatahati, 2023).

            Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2023), prevalensi gangguan mental emosional pada remaja (15-24 tahun) di Indonesia mencapai 2,8%, dan prevalensi depresi sebesar 2% pada kelompok usia yang sama serta menjadi kelompok dengan tingkat depresi tertinggi di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2023). Hal tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental pada remaja juga menjadi isu serius di Indonesia, termasuk di Jakarta, yang memerlukan perhatian lebih.

            Survei Kesehatan Indonesia (2023) mencatat prevalensi gangguan mental emosional di DKI Jakarta sebesar 2,3% dan depresi 1,5%. Selain itu, penelitian yang dilakukan di beberapa wilayah Jakarta menunjukan angka kasus variasi kasus yang signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Haniyah et. al. (2022) di SMKN 62 Jakarta Selatan menyatakan bahwa 90,9% dari 178 remaja teridentifikasi memiliki masalah kesehatan mental. Di Jakarta Pusat, penelitian pada siswa SMAN 7 Jakarta Pusat menunjukkan bahwa 56,9% dari 153 siswa mengalami gangguan mental emosional (Fazariyah & Azzahrah, 2024). Di Jakarta Barat, penelitian di SMA Negeri 78 menemukan bahwa 41% dari 68 responden memiliki skor gangguan emosional dan perilaku yang berada dalam kategori borderline dan abnormal (Iskandar, 2021). Data tersebut menunjukan pentingnya perhatian khusus pada kesehatan mental remaja di Jakarta untuk mencegah dampak jangka panjang.

Rumusan Masalah

1. Apa faktor utama penyebab mental illness di kalangan remaja Jakarta?

2. Bagaimana urgensi kesehatan mental bagi remaja di Jakarta?

3. Apa saja kelemahan dalam pelaksanaan program terkait mental illness yang dapat diperbaiki?

Prioritas Masalah

Prioritas Masalah Berdasarkan survei nasional dan penelitian di berbagai sekolah di Jakarta, berikut urutan prioritas masalah kesehatan mental di Jakarta.

1.      Gangguan mental emosional dengan prevalensi sebesar 2,8% pada remaja usia 15-24 tahun di tingkat nasional dan prevalensi sebesar 2,3% di DKI Jakarta berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023.

2.      Depresi dengan prevalensi sebesar 2% pada remaja usia 15-24 tahun di tingkat nasional dan prevalensi sebesar 1,5% di DKI Jakarta berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023.


PEMBAHASAN

Urgensi Kesehatan Mental Remaja di Jakarta

            Data penelitian terkait masalah kesehatan mental pada remaja di Jakarta menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental remaja di Jakarta menjadi isu yang serius dan memerlukan perhatian lebih. Masalah kesehatan mental pada remaja memiliki dampak jangka panjang yang signifikan, baik bagi individu, maupun masyarakat secara keseluruhan. Remaja yang mengalami gangguan mental berisiko mengalami penurunan prestasi akademik, keterbatasan sosial, serta peningkatan perilaku berisiko. Jika tidak ditangani, gangguan mental pada remaja dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih parah di masa dewasa, yang berkontribusi pada peningkatan beban kesehatan masyarakat, tingginya angka ketergantungan, dan pengeluaran biaya kesehatan. Oleh karena itu, penanganan isu kesehatan mental remaja menjadi hal yang mendesak untuk dilakukan secara sistematis melalui kebijakan yang terstruktur dan dukungan lintas sektor

Faktor Penyebab

            Beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan mental remaja di Jakarta tidak lepas dari adanya peran orangtua, keluarga, teman sebaya, dan lingkungan. Faktor orang tua seperti pola asuh yang otoriter, pola komunikasi yang buruk kepada anak, perceraian orang tua berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Tekanan dari teman sebaya juga berkontribusi, terutama ketika remaja mengalami eksklusi dari kelompok sosial, contohnya bullying di sekolah. Selain itu, hubungan antar teman sebaya yang kompetitif dalam meraih prestasi dan untuk terus menjadi yang terbaik di antara temannya juga membuat remaja mengalami gangguan kecemasan (Haniyah et. al., 2022; Iskandar, 2021; Fazariyah & Azzahrah, 2024).

            Selain itu, lingkungan juga memiliki dampak signifikan dalam pembentukan karakter dan kesehatan mental remaja. Lingkungan yang tidak mendukung dapat menyebabkan perasaan tidak aman dan nyaman, yang pada akhirnya memicu kecemasan, ketakutan, dan kesedihan pada remaja. Faktor ekonomi juga memainkan peran penting karena kesulitan finansial dalam keluarga berpotensi menimbulkan konflik keluarga yang memperburuk kesehatan mental anak-anak dan remaja. Sementera itu, keluarga yang berpenghasilan menengah ke atas juga berisiko mengalami gangguan mental emosional karena penyalahgunaan alkohol dan terlarang (Haniyah et. al., 2022; Iskandar, 2021; Fazariyah & Azzahrah, 2024).

            Peningkatan masalah kesehatan mental pada remaja di Jakarta juga disebabkan oleh kurangnya edukasi mengenai kesehatan mental. Tingginya tingkat stres di kota ini memperparah situasi dan meningkatkan kebutuhan akan layanan kesehatan mental yang memadai. Meskipun Undang-Undang Kesehatan Jiwa Nomor 18 Tahun 2014 telah mengatur tentang promosi kesehatan mental, implementasinya di berbagai wilayah masih menghadapi kendala, seperti minimnya dukungan infrastruktur dan tenaga profesional yang terlatih.

 Evaluasi Program

                Program Youth Mental Health Center (YMHC) oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga adalah langkah strategis untuk mengatasi masalah kesehatan mental pemuda Indonesia. Namun, seperti program lainnya, YMHC memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dievaluasi untuk pengembangan kedepannya. Evaluasi ini akan membahas kedua aspek tersebut untuk memberikan gambaran tentang efektivitas dan tantangan implementasi YMHC di berbagai wilayah.

             Salah satu keunggulan utama dari YMHC adalah dukungan kebijakan yang kuat. Program ini didesain untuk diimplementasikan hingga tingkat daerah, mencakup provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia, sehingga layanan kesehatan mental dapat menjangkau pemuda di berbagai wilayah. Selain itu, keunggulan YMHC adalah penerapan konsep Olah Rasa yang digagas oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, di mana konsep ini menekankan pentingnya pemuda menghadapi tantangan tanpa jatuh ke perilaku destruktif, seperti penyalahgunaan narkoba. Dengan demikian, program ini tidak hanya menyediakan dukungan kesehatan mental tetapi juga berfungsi sebagai upaya pencegahan terhadap perilaku berisiko tinggi.

            Keunggulan lainnya adalah fokus program pada penyelesaian masalah pemuda secara langsung. YMHC menyediakan ruang bagi pemuda untuk berbicara tentang permasalahan pribadi mereka, membantu mereka mengatasi hambatan mental yang mungkin mereka hadapi. Ini menjadi langkah penting dalam membentuk generasi muda yang lebih sehat dan kuat secara mental.

            Program YMHC juga telah mendapat dukungan luas di berbagai daerah yang menunjukkan adanya komitmen dari berbagai pihak untuk mengimplementasikan YMHC di seluruh wilayah Indonesia. Dengan advokasi dan dukungan yang tepat, YMHC memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi program yang merata dan berkelanjutan.

            Namun, implementasi program ini menghadapi beberapa tantangan. Meskipun kebijakan untuk program ini sudah ada, penerapannya di daerah belum berjalan optimal. Banyak daerah masih menghadapi kesulitan dalam menjalankan program tersebut, terutama karena minimnya dukungan lokal dalam hal sumber daya manusia dan fasilitas. Ini menjadi kendala utama dalam memastikan bahwa setiap pemuda di seluruh Indonesia dapat mengakses layanan kesehatan mental yang memadai. Selain itu, keterbatasan fasilitas dan sumber daya menjadi masalah signifikan dalam pelaksanaan YMHC.

            Program YMHC masih memerlukan infrastruktur yang cukup serta tenaga ahli yang terlatih untuk memastikan bahwa setiap daerah dapat memberikan layanan sesuai standar yang telah ditetapkan. Tanpa fasilitas yang memadai, program ini berisiko tidak mencapai target yang diharapkan

Solusi Inovatif

            Evaluasi program sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat tantangan dalam penerapan layanan kesehatan mental remaja di tingkat lokal, seperti keterbatasan infrastruktur dan sumber daya. Hal ini mengakibatkan remaja di beberapa daerah sulit mengakses dukungan kesehatan mental yang mereka butuhkan. Oleh karena itu, kami menyusun inovasi program Rangkul Remaja yang diharapkan mampu mengatasi kendala ini melalui pendekatan yang lebih terstruktur dan kolaboratif, serta penggunaan teknologi untuk memperluas jangkauan program.

            Kegiatan dalam program ini dimulai dengan sesi edukasi dan skrining kesehatan mental menggunakan website SIMPATIQ milik RS Soeharto Heerdjan yang memungkinkan remaja untuk mengevaluasi kondisi mereka secara anonim dan aman. Setelah skrining, remaja yang membutuhkan dukungan lebih lanjut dapat diarahkan ke sesi konseling individu atau peerkonseling sesuai kebutuhan remaja yang bersangkutan.

            Program ini melibatkan peran lintas sektor dalam implementasinya, seperti kerja sama dengan RS Soeharto Heerdjan untuk layanan psikologis lanjutan, serta sekolah-sekolah yang menjadi tempat penyelenggaraan edukasi dan intervensi berbasis sekolah. Organisasi komunitas lokal juga berperan dalam membantu penyebaran informasi dan menjangkau remaja di berbagai komunitas, termasuk membantu meningkatkan kesadaran melalui kegiatan yang melibatkan masyarakat. Kolaborasi ini memastikan bahwa setiap komponen dari program Rangkul Remaja, termasuk penggunaan SIMPATIQ, dapat diakses oleh semua remaja di Jakarta, sehingga layanan kesehatan mental bisa lebih merata dan tepat sasaran.


PENUTUP

Simpulan

            Permasalahan kesehatan mental remaja di Jakarta menjadi isu serius yang perlu ditangani melalui program yang sistematis dan kolaboratif. Evaluasi program YMHC menunjukkan pentingnya dukungan sumber daya yang memadai. Program Rangkul Remaja, dengan pendekatan berbasis teknologi dan kolaborasi lintas sektor dapat menjadi solusi inovatif untuk memperluas akses layanan kesehatan mental yang efektif bagi remaja di Jakarta.

Saran

1. Dukungan Kebijakan

Pemerintah perlu memperkuat peraturan dan regulasi yang mendukung pencegahan dan penanganan isu-isu kesehatan mental di kalangan remaja, baik di tingkat daerah maupun nasional. 

2. Penguatan Infrastruktur dan SDM

Pemerintah perlu meningkatkan kapasitas infrastruktur dan sumber daya manusia di bidang kesehatan mental, terutama di daerah-daerah yang masih kekurangan tenaga profesional.

3. Pemanfaatan Teknologi

Program kesehatan mental yang berbasis teknologi harus diperluas ke wilayah lain di Indonesia agar seluruh remaja dapat mengakses layanan yang dibutuhkan.


DAFTAR PUSTAKA

Fajariyah, N., & Azzahrah, D. (2024). Hubungan Peran dan Pola Komunikasi Keluarga     Dengan                         Gangguan Mental Emosional Pada Remaja di SMAN 7 Jakarta Pusat. MANUJU: Malahayati                  Nursing Journal, 6 (3), 1037-1050.

Haniyah, F. N., Novita, A., & Ruliani, S. N. (2022). Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua,         Teman             Sebaya, Lingkungan Tempat Tinggal dan Sosial Ekonomi Dengan Kesehatan           Mental                     Remaja. Open Access Jakarta Journal of Health Science, 1(7), 242-250.

Iskandar, N. A., Ingkiriwang, E., & Tania, E. (2021). Gambaran Kesehatan Mental            Emosional                 Siswa SMA Tahun 2020 Menggunakan Strengths and Difficulties           Questionnaire. Jurnal                 Kedokteran Meditek, 27 (3), 203-212.

Kementerian Kesehatan RI. (2023). Survei Kesehatan Indonesia Tahun 2023.

Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. (2024). Laporan kinerja   Kementerian                         Pemuda dan Olahraga tahun 2023. Jakarta: Kementerian Pemuda dan      Olahraga Republik                  Indonesia.

Permatahati, F., & Ihdalumam, A. (2023). Promosi Kesehatan Mental Sebagai Upaya untuk                                  Mewujudkan Remaja Menuju Pribadi yang Positif: Kajian Literatur Review

Tidak ada komentar:

Posting Komentar