Pages - Menu

Selasa, 26 November 2024

Literature Review: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kasus Diabetes Mellitus Tipe 2 di Jakarta

 

Literature Review:  Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kasus Diabetes Mellitus Tipe 2 di Jakarta

Disusun Oleh: Direktorat Penelitian dan Pengembangan ISMKMI Jakarta Raya 2024

Inayah Safitri Hanifah, Luthfiyah Azzahra P.A.S.A, Sovia Septiani, Tiara Rahmadini,
Meltina Ratu Eka Maharani
 
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia Maju 

(sunber: freepik)

Abstrak

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit kronis yang prevalensinya tinggi di wilayah Jakarta. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang berkontribusi seperti, faktor perilaku yaitu aktivitas fisik dan merokok serta faktor individu yaitu usia, riwayat hipertensi, obesitas, dan riwayat keluarga diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur review yaitu mengkaji artikel yang diperoleh dari database online (Google Scholar). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor risiko yang paling dominan mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di Jakarta adalah hipertensi. Adapun faktor lain yang berpengaruh yaitu perilaku merokok, faktor genetik atau memiliki riwayat keluarga terkena diabetes melitus, dan usia.

 

Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Jakarta, Diabetes Mellitus Tipe 2, Faktor Risiko

 

Abstract

Type 2 Diabetes Mellitus is one of the chronic diseases with a high prevalence in Jakarta. This condition is caused by various contributing risk factors, including behavioral factors such as physical activity and smoking, as well as individual factors such as age, history of hypertension, obesity, and family history of diabetes. This study aims to explore the various factors influencing the occurrence of Type 2 Diabetes Mellitus in Jakarta. The research method used is a literature review by analyzing articles obtained from online databases (Google Scholar). The results indicate that hypertension is the most dominant risk factor affecting the occurrence of Type 2 Diabetes Mellitus in Jakarta. Other influencing factors include smoking behavior, genetic factors or family history of diabetes, and age.

Keywords : Diabetes Mellitus, Jakarta, Type 2 Diabetes, Risk Factors

 

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) atau yang biasa dikenal dengan penyakit kencing manis merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif yang semakin meningkat setiap tahunnya di negara-negara di dunia. Diabetes melitus merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit yang mengancam nyawa masyarakat Indonesia dan sifatnya  kompleks (Qomariyah Mulia Agung, 2022). Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (Haskas et al., 2021).

Defisiensi fungsi dan sekresi insulin diawali dengan terjadinya prediabetes yang merupakan prakondisi diabetes. Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit kronis yang dapat menimbulkan efek samping jika tidak ditangani secara efektif (Abrar et al., 2020). Penyakit diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) yang kita kenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Penyakit diabetes melitus semakin banyak diderita penduduk dunia. Jumlah penderita diabetes melitus bertambah karena usia harapan hidup (UHH) semakin meningkat, terutama di negara-negara maju sehingga berdampak pada jumlah penderita diabetes melitus di dunia.

Diabetes adalah penyakit tidak menular yang termasuk dalam golongan ke 7 penyakit  penyebab kematian secara global. WHO memperkirakan lebih dari 420 juta orang  menderita diabetes dan jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 570 juta pada tahun 2030 dan menjadi 700 juta pada tahun 2045 (WHO, 2020). Sejak edisi pertama pada tahun 2000, Organisasi International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021 memperkirakan prevalensi diabetes pada orang dewasa berumur 20-79 tahun telah  meningkat lebih dari tiga kali lipat, dari sekitar 151 juta (4,6% dari populasi global pada saat itu) menjadi 537 juta (10,5%) saat ini. Pada tahun 2021 ada 17,7 juta lebih banyak pria daripada wanita yang hidup dengan diabetes. Jumlah ini diperkirakan meningkat 643 juta orang akan menderita diabetes pada tahun 2030 (11,3% dari populasi) dan menjadi 783 juta (12,2%) pada tahun 2045.

Provinsi di Indonesia yang menduduki peringkat pertama dengan angka prevalensi diabetes mellitus tipe 2 tertinggi adalah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Prevalensi diabetes mellitus tipe 2 tersebut naik dalam kurun waktu lima tahun dari data Riskesdas 2013 yang sebelumnya sebesar 2,5% di tahun 2018 naik menjadi 3,4% dari total 10,5 juta jiwa atau sekitar 250 ribu penduduk di DKI Jakarta yang menderita diabetes mellitus tipe 2. Jakarta Timur berada pada posisi kedua tertinggi terbanyak penderita diabetes mellitus tipe 2 di DKI Jakarta. Berdasarkan Laporan Triwulan 1 dan 2 Program PTM Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur 2021, DM tetap menduduki posisi kedua terbanyak pada rekapitulasi kunjungan penyakit tidak menular di Jakarta Timur yakni sebesar 57.190 kunjungan (Sudinkes Jakarta Timur, 2021).

Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Kota Jakarta Timur merupakan puskesmas peringkat ketiga dari sepuluh kecamatan dengan jumlah terbanyak dalam rekapitulasi kunjungan diabetes mellitus tipe 2 di Jakarta Timur sebesar 6.536 kunjungan terhitung sejak Januari hingga Juni 2021 (Sudinkes Jakarta Timur, 2021). Pada Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, kasus diabetes mellitus tipe 2 menduduki posisi kedua pada sepuluh penyakit terbanyak tahun 2021 sejak januari hingga juni yakni sebesar 7.982 kasus (43,51%). Namun, capaian standar pelayanan minimal penyandang diabetes mellitus tipe 2 tahun 2021 masih rendah yakni sebesar 34,4% (Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, 2021).

DKI Jakarta menjadi provinsi tertinggi karena banyaknya jumlah penduduk dan sudah banyak tersedia sarana pemeriksaan gula darah. Penelitian yang dilakukan dr. Dicky L. Tahapary, Sp.PD dan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 berkaitan dengan Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), FKUI, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan perusahaan farmasi untuk pengobatan diabetes. Penggambaran ini dilakukan dengan mengumpulkan data Diabetes melalui surveilans dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dan didapatkan hasil pasien diabetes yang terdaftar di fasilitas kesehatan berjumlah 12.775 jiwa, sehingga dapat disimpulkan walaupun angka penderita diabetes terus meningkat, tetapi masih banyak penderita diabetes yang tidak terdiagnosa karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang diabetes dan penangananya. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kadar gula darah secara rutin di fasilitas pelayanan kesehatan masih rendah yakni hanya 53% yang mengetahui adanya skrining diabetes bisa dilakukan di Puskesmas Wilayah DKI Jakarta.

Kejadian diabetes mellitus tipe 2 pada anak-anak dan remaja usia produktif semakin meningkat. Diabetes mellitus tipe 2 sering juga disebut Diabetes Lifestyle karena penyebabnya selain faktor keturunan ada juga faktor lingkungan yang meliputi usia, obesitas, resistensi insulin makanan, aktivitas fisik, dan gaya hidup penderita yang tidak sehat pun ikut berperan. Berdasarkan fakta tersebut, maka sangat diperlukan usaha untuk pencegahan diabetes mellitus tipe 2 yang cepat dan tepat. Meninjau dari tingginya faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 di Jakarta, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di Jakarta melalui pengamatan literatur.

 

METODE

Penelitian ini menggunakan metode literature review. Adapun strategi pencarian untuk memperoleh artikel menggunakan fasilitas database online melalui Google Scholar. Kata kunci yang digunakan adalah faktor risiko; determinan; diabetes mellitus tipe 2; Jakarta. Artikel yang dipilih berdasarkan publikasi tahun 2020 - 2024. Penelitian ini akan mereview 11 studi yang dilakukan di Indonesia, khususnya Jakarta terkait penyakit diabetes mellitus tipe 2. Kriteria inklusi yang digunakan adalah jurnal yang memiliki kelengkapan data yang relevan dengan tujuan dan Indonesia full text, dan Jurnal yang memiliki struktur lengkap. Adapun kriteria eksklusinya adalah jurnal yang hanya membahas diabetes melitus tanpa ada kata tipe 2 dan jurnal yang dilakukan di luar DKI Jakarta. 

 

HASIL PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kajian dari 11 jurnal penelitian yang diperoleh, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi diabetes mellitus tipe 2 di Jakarta.

 

Hubungan Usia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2

Usia merupakan salah satu faktor risiko yang tidak bisa diubah dengan seiring bertambahnya usia, tubuh secara alami mengalami proses penuaan yang menyebabkan penurunan aktivitas metabolisme. Penurunan ini berpengaruh pada kemampuan tubuh dalam mengatur kadar gula darah sehingga meningkatkan risiko terjadinya resisten insulin maupun gangguan pada pankreas. Kondisi ini membuat tubuh menjadi lebih rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan terhadap diabetes mellitus (Laila and Veronika, 2024).

Menurut  hasil  penelitian Tabitha, Syarif, dan Wahyono (2024) menyatakan bahwa umur memiliki hubungan yang signifikan  dengan terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Penelitian ini telah dilakukan pada Masyarakat di wilayah kerja puskesmas kebon baru, Jakarta Selatan dengan membagi dua kelompok usia, yaitu diatas 45 tahun dan 45 tahun kebawah.  Kelompok umur diatas 45 tahun memiliki risiko sebesar 3,15 kali terkena diabetes melitus dibandingkan kelompok umur 45 tahun ke bawah. Adapun penelitian lain yang relevan dilakukan oleh Suci dan Ginting (2023) pada masyarakat puskesmas Johar Baru, Jakarta Pusat. Penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan pada variabel usia terhadap terjadinya diabetes mellitus tipe 2 dengan risiko sebesar 2,893.

 

Hubungan Hipertensi dengan Diabetes Mellitus Tipe 2

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang sulit diubah. Penderita hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik, sering kali mengalami perubahan dalam fungsi metabolisme tubuh. Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah dan mempengaruhi aliran darah ke organ-organ vital, termasuk pankreas, yang berperan dalam pengaturan kadar gula darah dan pada akhirnya memperbesar kemungkinan berkembangnya diabetes mellitus tipe 2.

Menurut  hasil  penelitian yang dilakukan oleh (Resti dan Cahyati, 2022) dan (Tabitha, Syarif and Wahyono, 2024) menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara hipertensi dan diabetes mellitus dengan p-value 0,67. Hal ini juga berkontradiktif dengan beberapa penelitian lain yang menunjukkan adanya hubungan antara hipertensi dan peningkatan risiko diabetes mellitus. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Rediningsih dan Lestari (2022) menemukan bahwa hipertensi dapat mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mengatur kadar gula darah, yang berpotensi meningkatkan risiko terjadinya diabetes, dengan peluang risiko 7,857 kali dibandingkan orang yang tidak hipertensi. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi kondisi kedua penyakit, seperti gaya hidup, pola makan, atau genetika, yang dapat bervariasi antara populasi yang diteliti.

 

Hubungan Genetik dengan Diabetes Mellitus Tipe 2

Faktor genetik memainkan peran penting sebagai salah satu risiko yang tidak dapat dihindari pada penyakit diabetes mellitus. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini dapat meningkatkan kemungkinan untuk mengalaminya. Menurut  hasil  penelitian yang dilakukan oleh Tabitha, Syarif, dan Wahyono (2024) menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara hubungan genetik dengan diabetes mellitus pada masyarakat di puskesmas kebon baru, Jakarta selatan tahun 2020. Seseorang yang mempunyai keluarga pengidap diabetes memiliki risiko sebesar 5,33 kali terkena diabetes mellitus dari pada orang yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat diabetes mellitus. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Resti dan Cahyati (2022), pada masyarakat di wilayah puskesmas Pasar Rebo. Dimana hasil uji statistiknya mendapatkan P-value 0,025 (<0,05) yang berarti terdapat hubungan signifikan antara genetik terhadap kejadian diabetes mellitus. Sedangkan peluang mendapat diabetes mellitus tipe 2 pada seseorang yang memiliki riwayat keluarga diabetes mellitus sebesar 2,53 kali berisiko dibandingkan seseorang yang tidak memiliki riwayat keluarga diabetes mellitus.

 

Hubungan Merokok dengan Diabetes Mellitus Tipe 2

Perilaku merokok dapat mempunyai risiko lebih tinggi terjadinya resistensi insulin. Hal ini disebabkan pengaruh nikotin yang menurunkan pelepasan insulin  dalam tubuh sehingga berkembang kearah resisten insulin (Dianti, Setiawaty and Noviyanti, 2022). Hasil  penelitian yang dilakukan oleh (Resti and Cahyati, 2022) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel perilaku merokok terhadap diabetes mellitus, dengan peluang terkena diabetes mellitus sebesar 5,57 kali dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Artinya, individu yang memiliki kebiasaan merokok lebih rentan untuk mengalami gangguan metabolisme, termasuk diabetes mellitus tipe 2. Kebiasaan merokok tidak hanya mempengaruhi fungsi insulin, tetapi juga meningkatkan risiko peradangan dan stres oksidatif dalam tubuh, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan.

 

KESIMPULAN

            Berdasarkan hasil penelusuran, hipertensi merupakan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya penyakit diabetes mellitus tipe 2 di Jakarta. Kemudian, disusul oleh faktor perilaku merokok, faktor genetik atau mempunyai keluarga pengidap diabetes melitus, dan usia. Adapun faktor-faktor dalam setiap jurnal tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah hipertensi, faktor genetik atau memiliki keluarga pengidap diabetes melitus, dan usia. Meskipun status hipertensi tidak dapat diubah, tetapi penyakit ini dapat dikontrol. Apabila penderita hipertensi terkontrol dengan baik, maka dapat mengurangi risiko berkembangnya diabetes mellitus tipe 2. Sementara itu, faktor yang dapat diubah adalah perilaku merokok.

Faktor genetik ternyata juga memainkan peran penting, di mana individu dengan riwayat keluarga diabetes memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami penyakit ini. Selain itu, kebiasaan merokok juga signifikan meningkatkan risiko diabetes melalui pengaruh nikotin yang mengganggu pelepasan insulin dan memperburuk fungsi metabolisme tubuh. Deteksi dini dan pemeriksaan rutin kadar gula darah, khususnya pada kelompok berisiko tinggi, sangat penting untuk dilakukan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi prevalensi Diabetes Mellitus Tipe 2 di Jakarta sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

1.        Abrar, M., et al. (2020). Defisiensi fungsi dan sekresi insulin diawali dengan terjadinya prediabetes yang merupakan prakondisi diabetes.

2.        Haskas, et al. (2021). Diabetes sebagai penyakit kronis serius: Penyebab dan implikasinya.

3.        International Diabetes Federation (IDF). (2021). Prevalensi Diabetes Global 2000-2045.

4.        Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (2020). Global Diabetes Report.

5.        Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. (2021). Laporan Kunjungan Penyakit Tidak Menular di Jakarta Timur Tahun 2021.

6.        Qomariyah, M. A. (2022). Peningkatan Kasus Diabetes Melitus sebagai Penyakit Degeneratif. 

7.       Sudinkes Jakarta Timur. (2021). Laporan Triwulan Program PTM Kota Administrasi Jakarta Timur.

8.        Dianti, A.R., Setiawaty, S. and Noviyanti, S.R. (2022) ‘Analisis Risiko dan Perilaku Pencegahan Penyakit DM Tipe 2 Pada Usia Produktif di Wilayah DKI Jakarta Tahun 2021’, Journal of Public Health Education, 1(02), pp. 82–90. Available at: https://doi.org/10.53801/jphe.v1i02.49.

9.        Laila, S. and Veronika, E. (2024) ‘Faktor yang Berhubungan dengan Diabetes Melitus Tipe 2’, Surya Medika: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Masyarakat [Preprint].

10.    Resti, H.Y. and Cahyati, W.H. (2022) ‘Kejadian Diabetes Melitus pada Usia Produktif di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo’.

11.    Suci, T. and Ginting, J.B. (2023) ‘PENGARUH FAKTOR USIA, INDEKS MASSA TUBUH, DAN KADAR GULA DARAH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE 2’, 6.

12.    Tabitha, R., Syarif, S. and Wahyono, T.Y.M. (2024) ‘Factors Related to the Incidence of Diabetes Mellitus in the Kebon Baru Primary Health Center in South Jakarta in 2020’, Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 7(7), pp. 1884–1895. Available at: https://doi.org/10.56338/mppki.v7i7.5444.

13.    Seila Delfina, Carolita, I., Shafa Habsah, & Syi'ta Ayatillahi. (2021). ANALISIS DETERMINAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA USIA PRODUKTIF. Jurnal Kesehatan Tambusai, 2(4), 141–151. https://doi.org/10.31004/jkt.v2i4.2823

14.    Rediningsih, D., & Lestari, I. (2022). Riwayat Keluarga dan Hipertensi Dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 3(1), 8-13. https://doi.org/10.15294/jppkmi.v3i1.52087

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar