Menggali Potensi Pangan Lokal Dalam Mengatasi Stunting
Edit by : Direktorat Penelitian dan Pengembangan Jakarta Raya 2024
Tempe merupakan salah satu pangan lokal. (Sumber: Pexels.com)
Stunting adalah keadaan gagal tumbuh pada balita, yakni dimulai pada masa kehamilan Ibu hingga balita berusia dua tahun atau dikenal dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa prevalensi stunting mengalami penurunan dari tahun 2013 sebesar 37,2% menjadi 30,8% di tahun 2018. Meskipun demikian, angka tersebut masih jauh dari target World Health Organization (WHO) berdasarkan Global Nutrition Targets 2025 Stunting Policy Brief, yaitu angka stunting harus turun 40%. Guna menekan masalah gizi balita, pemerintah melakukan gerakan nasional pencegahan stunting dan kerjasama kemitraan multisektor dengan menerapkan 160 kabupaten prioritas penurunan stunting.
1. Faktor Risiko StuntingStunting dapat mengancam kualitas manusia indonesia hal ini dikarenakan stunting tidak hanya mengganggu pertumbuhan fisik anak namun juga berdampak pada perkembangan motorik dan kognitif, serta di masa depan akan rentan terhadap penyakit degeneratif seperti obesitas, diabetes melitus, bahkan dalam kondisi yang parah dapat menyebabkan kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). UNICEF framework menjelaskan terdapat faktor penyebab terjadinya malnutrisi. Salah satu penyebab langsungnya adalah asupan zat gizi. Faktor ini dapat berhubungan dengan akses terhadap makanan dan faktor pola asuh.
Faktor pola asuh dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan pada seseorang. Tingkat pengetahuan yang baik dapat mendorong seseorang untuk menentukan sikap dan perilakunya setiap hari (Jayadi et al., 2023). Dalam hal ini, terkait pemberian makanan bagi anak dan anggota keluarga. Hasil pre-test pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh (Wijinindyah et al., 2023) menunjukkan hasil bahwa 69,44% ibu memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang pangan lokal. Artinya, banyak masyarakat khususnya para ibu yang belum mengetahui tentang pemanfaatan pangan lokal di sekitar untuk mencegah dan mengatasi stunting. Penelitian (Fila Anisa et al., 2019) juga mendukung dengan menyatakan bahwa masalah gizi terjadi disertai dengan minimnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan. Maka dari itu, penting untuk meningkatkan pengetahuan dan mendorong para ibu dalam memanfaatkan sumber daya lokal yang kaya nutrisi serta cara mengolahnya menjadi makanan yang disukai anak (Husnah et al., 2022).
3. Pangan Lokal Yang Berpotensi Mengatasi Stunting
Indonesia memiliki kekayaan pangan lokal yang sangat besar dan beragam, tetapi masih banyak jenis pangan lokal yang kurang dimanfaatkan dan belum dioptimalkan. Terdapat beberapa pangan lokal yang memiliki potensi besar dalam membantu mengatasi masalah stunting, diantaranya:
a. Singkong dan Tepung Mocaf
Salah satu keanekaragaman pangan lokal
yang sangat beragam terdapat di Kota Balikpapan. Menurut penelitian Gozali dan
Kusuma (2018), menunjukkan pangan lokal yang ada wilayah Kota Balikpapan
berpotensi untuk dikembangkan dimanfaatkan menjadi berbagai olahan yang bergizi
dengan berbagai macam jenis dan rasa khasnya, salah satunya singkong. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Julita et
al (2023) menunjukan bahwa dalam 100 g daging singkong terkandung 1 g
protein, 36,8 g karbohidrat, dan 0,1 g lemak. Sementara itu, tepung mocaf (Modified Cassava Flour), yang merupakan
tepung hasil fermentasi singkong bebas gluten, kaya akan kalsium dan protein,
yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan balita. Singkong dan tepung
mocaf dapat diolah secara optimal dan kreatif menjadi makanan pendamping ASI
(MPASI) untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dan membantu mencegah stunting.
b.
Juwawut/Jawak
Juwawut/Jawak adalah sejenis serelia
berbiji kecil yang memiliki kandungan gizi lengkap mulai dari zat gizi makro
(karbohidrat, protein, lemak, dan serat) hingga zat gizi mikro (kalsium, besi,
magnesium, fosfor, seng, kalium, dan vitamin) yang diperlukan oleh bayi dan
balita untuk masa pertumbuhan. Kandungan gizi Juwawut lebih tinggi 3 hingga 5
kali dari beras dan gandum. Juwawut dapat diolah menjadi bubur dan puding
seperti penelitian yang dilakukan oleh ( Dewi dkk, 2023) yang dilakukan selama
2 bulan. Pada kelompok balita stunting terjadi kenaikan rata-rata berat badan
sebesar 0,69 kg sedangkan pada tinggi badannya terjadi kenaikan rata-rata
sebesar 1,14 cm. Penelitian lain Kurniati & Sunarti (2020) menunjukkan
pemberian bubur Juwawut efektif dalam peningkatan berat badan balita stunting
dari 8.882 menjadi 9,038 (terjadi peningkatan 0,158 kg) selama 3 bulan.
c.
Tempe
Tempe memiliki kandungan protein dan
seng yang tinggi serta mengandung zat antimikroba aktif yang dapat mengatasi
gangguan pencernaan seperti diare. Tempe dapat diolah menjadi beberapa macam
makanan olahan seperti nugget tempe. Penelitian yang dilakukan oleh (susianto,
dkk 2023) pada kelompok balita yang diintervensi dengan diberikan nugget tempe
terdapat peningkatan rata-rata berat badan dan tinggi badan sebesar 0,86 kg dan
1,24 cm selama 1 bulan. Hal ini menjadi bukti bahwa modifikasi makanan berbasis
kearifan lokal dapat menjadi alternatif program pemberantasan stunting.
1. 4. Peningkatan
Pengetahuan Masyarakat
Pangan lokal memiliki peran penting dalam upaya mengatasi stunting di
Indonesia dengan menyediakan sumber gizi yang beragam dan kaya nutrisi. Pangan
seperti singkong, tepung mocaf, juwawut, dan tempe, yang mudah didapat dan
terjangkau, serta berpotensi dikembangkan menjadi makanan bergizi untuk
mendukung tumbuh kembang balita. Namun, rendahnya pengetahuan masyarakat,
terutama para ibu, tentang manfaat pangan lokal menjadi tantangan tersendiri.
Oleh karena itu, edukasi tentang pemanfaatan pangan lokal, disertai dengan
peningkatan kreativitas dalam pengolahan makanan, sangat diperlukan untuk
mendukung pencegahan stunting dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak
Indonesia.
Sumber:
Aurima, J., Susaldi, S., Agustina,
N., Masturoh, A., Rahmawati, R., & Tresiana Monika Madhe, M. (2021). Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Indonesia. Open
Access Jakarta Journal of Health Sciences, 1(2), 43–48. https://doi.org/10.53801/oajjhs.v1i3.23
Dewi, R. N, Kalsum, U. and Siregar,
N. . (2023) “The Effect of Giving Jagaq Porridge on Body Weight and Height of
Stunted Toddlers Aged 12-24 Months in the Work Area of the Depar Health
Center”, Formosa Journal of Science and Technology , 2(2), pp. 525–544. doi:
10.55927/fjst.v2i2.2799.
Fila Anisa, A., Darozat, A.,
Aliyudin, A., Maharani, A., Irfan Fauzan, A., Adi Fahmi, B., Budiarti, C.,
Ratnasari, D., Fadilah, D. N., & Apriyanti Hamim Abstrak, E. (2019). Permasalahan
Gizi Masyarakat Dan Upaya Perbaikannya. UIN
Sunan Gunung Djati, 1–22.
Husnah,
Sakdiah, Anam, A. K., Husna, A., & Mardhatillah, G. (2022). Peran Makanan
Lokal dalam Penurunan Stunting. Jurnal
Kedokteran Nanggroe Medika, 5(3),
47–53.
Jayadi, Y. I., Adnan, Y., Ibrahim,
H., Rezkiyanti, F. A., & Awaliah, N. P. (2023). Peningkatan Perilaku Masyarakat
terhadap Konsumsi Sumber Pangan Lokal dan Garam Beryodium di Dusun Maccini
Baji, Kabupaten Takalar : Studi Quasi Eksperimental. Ghidza: Jurnal Gizi Dan Kesehatan, 7(1), 106–117. https://doi.org/10.22487/ghidza.v7i1.677
Komalasari, K.,
Supriati, E., Sanjaya, R., & Ifayanti, H. (2020). Faktor-Faktor Penyebab
Kejadian Stunting Pada Balita. Majalah
Kesehatan Indonesia, 1(2), 51–56.
https://doi.org/10.47679/makein.202010
Kurniati, P.
T., & Sunarti. (2020). Efektivitas Pemberian Bubur Jawak (Setaria italica)
dalam meningkatkan berat badan dan tinggi badan balita Stunting di Kabupaten
Sintang. Jurnal Stikes Kapuas Sintang, 1, 12–21.
Nasution, I. S., & Susilawati, S. (2022). Analisis
faktor penyebab kejadian stunting pada balita usia 0-59 bulan. FLORONA : Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 1(2), 82–87. https://doi.org/10.55904/florona.v1i2.313
Susianto.,
Iswarawanti, D., Mamlukah., Khaerudin, M & Mahendra, Dimas. (2023).
Pengaruh pemberian makanan tambahan nugget tempe sebagai pangan lokal terhadap
berat badan dan tinggi badan balita stunting. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences
Journal. 14. 309-316. 10.34305/jikbh.v14i02.850.
Wijinindyah, A., L. Lumban Gaol, S.,
Chotimah, H., Arfiyanti, Z., & Umniyati, S. (2023). Penguatan Olahan Pangan Lokal: Kalakai,
Kelor dan Cangkang Telur untuk Mengatasi Stunting. Yumary: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(2), 275–284. https://doi.org/10.35912/yumary.v4i2.2645
Tidak ada komentar:
Posting Komentar